Membedah Unjuk Rasa Anti Rasisme di AS

Kematian George Floyd di Amerika Serikat (AS) memicu gerakan global anti-rasisme. Masyarakat di banyak negara kemudian mengaitkan insiden yang dialami Floyd dengan tindak rasisme yang juga terjadi atau bahkan mengakar di negara mereka. Mengapa kematian Floyd menjadi berita besar? Apa latar belakangnya? Dan mengapa kamu harus tahu soal isu yang tengah menjadi perbincangan hangat ini? simak ulasan kami berikut ini.

Siapakah George Floyd?

George Floyd adalah pria berkulit hitam berusia 46 tahun dari negara bagian Minnesota, Amerika Serikat, yang menjadi korban kekerasan petugas polisi di sana.

Bagaimana ia meninggal dunia?

Dalam sebuah rekaman video yang menjadi viral, petugas polisi bernama Derek Chauvin terlihat menindih leher Floyd selama 9 menit hingga ia tak bergerak dan berhenti bernafas. Aksi itu turut disaksikan dua rekan Floyd sesama polisi. Sebelumnya, Chauvin menangkap Floyd karena ada laporan dari pegawai toko, di sekitar Floyd berada saat itu, yang curiga terhadap ulah Floyd di tokonya.

Mengapa kasusnya mendapat perhatian?

Kematian George memicu kemarahan warga Amerika atas tindakan sewenang-wenang yang dilakukan polisi terhadap seorang warga kulit hitam. Apalagi, selama ini rasisme dan supremasi kulit putih telah membunuh warga kulit hitam di Amerika.

Di tengah pandemi seperti sekarang ini, warga kulit hitam di sana menghadapi dua bahaya besar: Covid-19 dan supremasi kulit putih. Masyarakat yang jengah terhadap rasisme menginginkan keadilan dan membawanya ke jalan. Mereka yang memprotes rasisme dan tindakan brutal polisi terhadap Floyd menuntut kesetaraan hak untuk hidup dengan aman dan bebas dari kekerasan.

Apa saja tuntutan para pengunjuk rasa gerakan anti-rasisme?

Para pengunjuk rasa, khususnya di Amerika Serikat, mendesak Pemerintah mereka untuk menyelesaikan permasalahan ketidaksetaraan dan ketidakadilan rasial serta memenuhi kewajiban untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak asasi manusia.

Mereka juga menuntut agar petugas polisi yang menggunakan kekuatan berlebih dan melakukan pembunuhan di luar hukum diadili dengan seadil-adilnya. Kasusnya harus diinvestigasi secara independen dengan segera dan keseluruhan sistem penegakan hukum harus ditransformasi untuk mencegah kekerasan di masa mendatang.

Sementara gerakan turun ke jalan maupun gerakan daring global yang muncul di beberapa negara, selain menunjukkan solidaritas terhadap kasus Floyd, juga menuntut agar rasisme sistemik di negara mereka segera dihapuskan.

Lalu mengapa aksi unjuk rasa ini disorot tajam?

Merespon aksi unjuk rasa besar-besaran yang terjadi di lebih dari 350 kota di Amerika Serikat itu, polisi di sana menggunakan gas air mata, mengemudikan kendaraan di tengah kerumunan massa, menembak dengan peluru karet, serta melukai pengunjuk rasa. Tak hanya itu, otoritas di beberapa tempat juga memberlakukan jam malam dengan pemberitahuan yang mendadak,

Meski ada kelompok orang yang memanfaatkan peluang dengan melakukan kekerasan dan penjarahan, nyatanya aparat keamanan setempat juga menggunakan kekuatan berlebih untuk menanggapi para pengunjuk rasa damai yang hanya menyuarakan pendapatnya.

Belum lagi, Presiden Donald Trump -lewat akun media sosialnya -mengancam akan menurunkan militer untuk mengatasi para pengunjuk rasa. Tak pelak, komentarnya itu menyulut kecaman dari berbagai pihak, tak hanya dari para pengunjuk rasa.

Apakah polisi di Amerika, dalam kasus ini, melanggar hukum internasional?

Dengan adanya kematian Floyd serta sejumlah tindakan yang berdampak terhadap hak para pengunjuk rasa damai, polisi -dan aparat keamanan lainnya -di Amerika Serikat dinilai gagal dalam menjalankan kewajiban mereka di bawah hukum internasional.

Setiap orang berhak untuk bebas dari diskriminasi dan memiliki hak atas kesetaraan di mata hukum, sesuatu yang telah gagal ditunaikan aparat berwenang di Amerika Serikat.

Apa saja yang dilakukan warga AS untuk menghentikan rasisme dan mendukung keadilan rasial?

Selain turun ke jalan, mereka  berdonasi untuk jaminan bebas bagi para pengunjuk rasa yang ditahan. Mereka juga menyumbang untuk organisasi-organisasi sosial yang menyuarakan keadilan ras. Sebagian orang turut berkontribusi lewat media sosial dengan mengunggah postingan yang berisi desakan untuk menuntaskan kasus Floyd secara transparan.

Apa yang bisa kamu lakukan untuk menghentikan rasisme di dunia?

Bekali diri dengan pengetahuan tentang keadilan rasial dan bicarakan hal ini dengan lingkungan terdekat. Cobalah untuk berani menyuarakan isu ini di luar zona nyaman.

Belajar untuk adil sejak dalam pikiran.

Apa yang bisa kita pelajari dari kasus ini secara keseluruhan?

Bahwa semua kehidupan di dunia ini penting. Setiap orang, tanpa terkecuali, berhak mendapatkan perlakuan yang sama di mata hukum dan di antara sesama manusia.