Menanggapi berita terdamparnya sekitar 50 pengungsi Rohingya di Provinsi Aceh, Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid mengatakan:
“Krisis yang dihadapi pengungsi Rohingya di lautan akan terus berlanjut selama tidak ada solusi regional terhadap masalah yang sudah menahun ini. Apalagi terdapat kemungkinan akan ada lagi kapal-kapal yang mengangkut pengungsi Rohingya karena situasi yang tidak kunjung membaik di Myanmar maupun situasi kamp pengungsian di Bangladesh yang tidak memadai.”
“Ada berbagai mekanisme di tingkat regional yang bisa didorong untuk menghasilkan respons tegas dan efektif untuk menangani masalah ini, termasuk melalui ASEAN yang pada tahun ini dalam keketuaan Indonesia. Negara-negara di kawasan perlu memastikan adanya mekanisme koordinasi search and rescue yang efektif untuk menolong pengungsi di lautan. Bantuan kemanusiaan pun perlu siap diberikan pada pengungsi, baik yang berada di lautan maupun yang terdampar di pantai.”
“Indonesia sebagai Ketua ASEAN harus segera membahas langkah-langkah penanganan krisis pengungsi Rohingya secara lebih konkret. Indonesia juga memiliki posisi strategis melalui Bali Process untuk kembali memulai diskusi regional tentang penyelamatan pengungsi di lautan. Tanggung jawab kemanusiaan untuk memastikan keselamatan pengungsi adalah tugas bersama semua negara di kawasan.”
Latar Belakang
Media massa memberitakan kapal yang membawa pengungsi Muslim Rohingya kembali terdampar di Aceh, Kamis 16 Februari 2023, kali ini membawa setidaknya 50 orang. Dalam beberapa bulan terakhir Aceh kembali menerima kedatangan ratusan pengungsi Rohingya, dan diduga tidak sedikit pula dari mereka yang tewas di laut akibat penyakit, kelaparan, dan kelelahan.
Amnesty International Indonesia mencatat sejak 2020 hingga Januari 2023 sedikitnya 1340 pengungsi Rohingya yang terdampar di Aceh dan ditampung di enam lokasi. Terbanyak di Kota Lhokseumawe, yaitu setidaknya 501 orang.
Badan PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) mengungkapkan bahwa 2022 menjadi salah satu tahun paling maut bagi pengungsi Rohingya, yang merupakan kelompok minoritas etnis dan religius yang mengalami persekusi di Myanmar.
Pada tahun 2022, menurut UNHCR sedikitnya 348 orang Rohingya tewas maupun hilang di laut, sehingga menandakan 2022 menjadi salah satu tahun yang paling banyak merenggut nyawa pengungsi Rohingya sejak 2014. (*)